Rupaih Melemah Terhadap Dollar AS, Harga Pangan Melambung

Headline, Nasional196 Dilihat

Jakarta, sinarindonesia.id– Melemahnya rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (AS) hingga tembus di harga Rp 16.000 lebih, dinilai Badan Pangan Nasional (Bapanas), akan berdampak buruk terhadap kenaikan harga pangan.

Pihaknya bersama sejumlah Kementerian, kini tengah menyiapkan langkah dalam memantapkan kesiapan produksi pertanian dalam negeri.

“Ini waktunya kita meningkatkan produksi dalam negeri, apalagi harga pangan dunia saat ini tengah melonjak tinggi,” kata Kepala Bapanas Arief Prasetyo, kepada media, dikutip Jum’at (28 Juni 2024).

Dijelaskannya, dari situasi itu pihaknya menyerukan kepada seluruh pihak untuk memantapkan kesiapan produksi pertanian dalam negeri.

“Jika kelebihan, produksi itu bisa di ekspor dengan harga tinggi,” Ungkapnya.

Arif berpendapat, pentingnya penguatan cadangan pangan pemerintah (CPP) sebagai instrumen pemerintah dalam menjaga kestabilan pasokan dan harga pangan.

“Seluruh pangku kepentingan (stakeholder) di bidang pangan diminta untuk bekerjasama dalam meningkatkan produksi sebagai cadangan pangan pemerintah,” terangnya.

Situasi itu dinilai Arif sangat baik, jika dimanfaatkan atau digunakan untuk membantu menyerap produksi petani dan peternak dengan harga yang baik.

Diketahui, kebutuhan beras tahunan di Indonesia mencapai 31,2 juta ton, yang berarti untuk stok beras yang dimiliki pemerintah minimal sejumlah 1,5 juta ton.

Adapun saat ini, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang ada di Bulog mencapai 1,6 juta ton.

Sementara, penguatan cadangan pangan pemerintah merupakan langkah strategis untuk memastikan ketersediaan pangan yang stabil dan harga yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

Kendatia demikian, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo sebelumnya sempat mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) relatif masih baik apabila dibandingkan dengan mata uang sejumlah negara di dunia.

Ia menyebut pelemahan mata uang negara lain terhadap dollar AS justru lebih parah, misalnya di Korea Selatan, Thailand, Filipina, Brasil, dan Jepang. (Red)

By: @did

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *